Medali Perak India International Innovation Fair (1st IIIF) 2016 di Bangalore, India

Alhamdulillah, Project "Numerical Simulation and Mathematics Model of Spreading the Parasit of Shypilis" berhasil meraih penghargaan Invention Honor of Silver Medal di Bangalore International Exhibition Center (BIEC), Bangalore India pada tanggal 9-11 September 2016

Oral Presentation dalam 9th ASIAN Conference on Fix Point Theory and Optimization (ACFPTO) di KMUTT, Bangkok, Thailand pada tanggal 18-20 Mei 2016

Alhamdulillah, berhasil mempresentasikan penelitian kami yang telah memperoleh Hibah Penelitian Eksakta (PKM-P)- Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dari DIKTI

Medali Emas Egyptian International Invention and Innovation Competition (EGYPTINVENT) di Kairo, Mesir

Alhamdulillah, Project Mathematics Model and Stability Analysis on the Spreade of Disease of Gonorhe berhasil meraih penghargaan Invention Honor of Gold Medal di Egyptian International Invention and Innovation Competition (EGYPTINVENT) di Kairo, Mesir pada tanggal 8-10 Maret 2016

Medali Emas International Invention and Innovation Competition (IIIC) 2015 di Taipei, Taiwan

Alhamdulillah, Project MUFF HELP berhasil meraih penghargaan Invention Honor of Gold Medal di International Invention and Innovation Competition (IIIC) di Taipei, Taiwan pada tanggal 14-15 Desember 2015

Medali Emas International Youth Invention Contest (IYIC) 2015 di Seoul, Korea Selatan

Alhamdulillah, Project X-AVG berhasil meraih penghargaan Invention Honor of Gold Medal di International Youth Invention Contest (IYIC) di Seoul, Korea Selatan PADA TANGGAL 6-8 Agustus 2015

Friday 14 October 2016

MALAM PERTAMA MENDARATKAN KAKI DI NEGERI BARATA, BANGALORE, INDIA [PART 1]

"Bangalore terkenal sebagai kota software dan IT, dimana banyak perusahaan IT. Menurut hasil riset saya di internet sebelum mengunjungi Bangalore, banyak blog ataupun web yang mengatakan bahwa Bangalore adalah perpaduan dari modern city dengan pembangunan yang pesat dan relatif lebih hijau dan tenang dibandingkan dengan kota lain di India seperti Calcuta, New Delhi atau Mumbai".
[setidaknya, ini informasi singkat yang saya dapatkan selama browsing mengenai Kota Bangalore, India di internet menjelang hari-hari keberangkatan].

Setelah transit beberapa jam di Kuala Lumpur, pesawat saya yang terjadwal malam itu (7 September 2016) akan berangkat menuju Bangalore pada pukul 21.15 waktu Kuala Lumpur dan akan tiba di Kempegowda International Airport, Bangalore pada pukul 22.45 waktu Bangalore dimana penerbangan dari Kuala Lumpur menuju Bangalore di Inida saya tempuh selama lebih dari empat jam penerbangan.  Mengudara cukup lama dan mulai terbang memasuki wilayah India, cahaya lampu disetiap rumah-rumah mulai terlihat dari atas pesawat dan setelah memasuki wilayah Bangalore, pihak pramugari maskapai memeperingatkan bahwa pesawat sebentar lagi akan mendarat.

Alhamdulillah! Kempegowda International Airport, Bangalore, India
Setelah mengudara selama lebih dari empat jam dari Kuala Lumpur International Airport (KLIA), Alhamdulillah, akhirnya saya mendarat dengan selamat dan bisa menginjakkan kaki untuk pertama kali di Negeri Barata, Hindhusstan tepatnya di Bandara Internasional Kempegowda, Bangalore, India. Kesan saya pertama kali menginjakkan kaki di bandara ini sangatlah tertata rapi dan memberikan kesan "mewah" tapi masih sederhana. Dilihat-lihat, ternyata penerbangan saya dari Kuala Lumpur menuju Bangalore hanya diisi beberapa penumpuang yang foreign dan ternyata hanya saya sendiri yang berasal dari Indonesia dimana hampir 90% adalah orang India. 

Akhirnya, tibalah saat yang sangat mendebarkan yaitu memasuki counter imigrasi Bangalore. Alhamdulillah, berkat persiapan dengan membawa print-out ticket pulang dan hotel booking dari pihak panitia serta Visa India, tidak ada masalah dan saya melewati imigrasi Bangalore dengan cukup lancar. Hanya saja, saya sempat ditanya atau interview kecil-kecilan terkait beberapa hal selama di Bangalore dan yang ditunggu-tunggu, akhirnya passport saya dicap! Setelah melalui imigrasi, sayapun bisa bernafas dengan legah dan jalan secepat mungkin menuju pintu keluar. Ternyata, Bandara Kempegowda ini tidak terlalu besar dan terkesan minimalis setelah keluar dari bandara. 

Saya disambut cuaca Bangalore yang lumayan dingin saat itu. Karena hari sudah larut malam, akhirnya saya menetap di bandara hingga besok pagi sambil menunggu jemputan. Untungnya, Bandara Kempegowda ini open 24 jam jadi masih sangat rame dan masih banyak orang yang lalu lalang. Selain itu juga, masih ada beberapa tempat atau spot dan kedai-kedai yang masih buka untuk mencari minuman dan makanan di depan dan sekitar bandara. Tapi berbicara masalah harga, tentu saja harga di bandara sedikit di atas rata-rata. 

Welcome to Bangalore, India~

Lalu, bagaimana kondisi Bangalore yang sesungguhnya menurut kacamat saya? 

*Nantikan kelanjutan ceritanya*

Sunday 14 August 2016

DINAMIKA DAN HISTERIA (PENGALAMAN) MENGURUS VISA KOREA SELATAN

"Wah, maaf mas. Saya nggak bisa dan nggak berani". Kurang lebih seperti itulah jawaban yang saya dapatkan dari beberapa travel agent yang saya hubungi dalam rangka pembuatan visa ini. Waduh! Jantung saya seketika panik tidak menentu waktu itu. Kondisi saya waktu itu berada di Kampung Halaman (Sulawesi) dan Passport saya teringgal di kamar kos. Saya kembali ke Yogya tanggal 24 Juli 2015 sementara Tiket ke Seoul, Korea Selatan sudah ditangan dengan tanggal keberangkatan 5 Agustus 2015 untuk mengikuti The 3rd International Youth Invention Contest (IYIC) 2015 di Seoul, Korea Selatan. Seketika itu, saya berprinsip “Baiklah, sebagai mahasiswa harus mandiri, harus mengurus sendiri biar tau juga ternyata proses visa itu seperti ini. Deritanya seperti ini”

Saya sudah bolak-balik dan banting google cara buat visa Korea Selatan, keluar masuk blog orang. Perasaan saya campur aduk, di satu sisi banyak blog yang mengulas pembuatan visa Korea Selatan yang sebenarnya tidak terlalu ribet, persyaratannya juga tidak aneh-aneh, tapi di lain lapak ada juga orang yang apply visa Korea Selatan dengan persyaratan yang lengkap tapi visa ditolak, bahkan orang tersebut sudah beli tiket pesawat, dan seramnya lagi tidak ada alasan yang jelas kenapa visa mereka ditolak. Dan saya, semakin tidak karuan.

Saat kembali ke Yogya, saya dibantu Rini langsung bolak-balik kampus dalam rangka “akbar” mengurus berkas-berkas visa yang harus saya lengkapi. Beberapa kali saya “mengeluh, nyinyir sama diri sendiri karena waktu yang sudah sangat mepet”. Saya mengikuti petunjuk dari situs resmi Kedutaan Korea Selatan. Dokumen-dokumen yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :
Paspor Asli dan Fotokopi Paspor (halaman identitas beserta visa/cap negara-negara yang telah dikunjungi)
Formulir Aplikasi Visa (dengan satu lembar foto yang ditempel pada kolom foto)
Tiket Pesawat
Bukti Booking Penginapan
Fotokopi KTP
Kartu Keluarga atau Dokumen yang dapat membuktikan hubungan kekeluargaan
Surat Keterangan Kerja dan Fotokopi SIUP Tempat Bekerja (Jika tidak bekerja tidak perlu menyertakan)
Surat Keterangan Mahasiswa/Pelajar, bagi yang masih bersekolah
Fotokopi Bukti Keuangan, pilih salah satu:
    * Surat Pajak Tahunan (SPT PPH-21) yang dikeluarkan oleh Dirjen Pajak RI
    * Surat Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang dikeluarkan oleh Dirjen Pajak RI
    * Rekening koran tabungan 3 bulan terakhir dan surat referensi bank
    * Surat keterangan keanggotaan golf
    * Surat keterangan keanggotaan hotel bintang 5
    * Surat keterangan pemegang program jamsostek
    * Slip gaji atau bukti tunjangan pensiun

Karena saya dibiayai full oleh kampus, maka saya menyertakan rekening kampus yang saldonya tidak perlu saya sebutkan [hehe] beserta surat izin kampus, surat keterangan mahasiswa dan pernyataan yang dibiayai oleh pihak universitas. Saya juga melampirkan bukti invitation letter dari panitia dalam kegiatan yang saya ikuti di Korea. Rekening Koran Kampus atau milik pribadi bisa diurus di bank yang bersangkutan dengan punya kita. Di kampus kemarin, saya dikasi surat pengantar.

Lebih jelasnya, Persyaratan pembuatan visa Korea Selatan dapat dilihat di website resmi Kedutaan Besar Republik Korea di http://idn.mofa.go.kr/worldlanguage/asia/idn/visa/step/index.jsp Tinggal klik jenis visa apa yang mau dibuat. Berikut persayaratan dan alur pembuatan visa Korea Selatan yang saya ambil dari website resmi Kedutaan Besar Republik Korea.

Jam operasional pengurusan visa Korea Selatan adalah sebagai berikut :
Pengajuan Aplikasi Visa : 09.00 ~ 12.00 WIB
Pengambilan Visa            : 13.30 ~ 16.30 WIB

Untuk mengurus visa Korea Selatan kita bisa datang ke Consular Section Kedutaan Korea, yang letaknya di sebelah persis dari Kedutaan Korea Selatan di Jalan Jenderal Gatot Subroto Kav. 57 Jakarta Selatan 12950. Kalau tau RS. Medistra, komplek Kedutaan ini ada di sebelah kanan RS. Medistra persis. Untuk biaya pembuatan Visa Korea Selatan (per Desember 2015) adalah sbb :
Single Visa (Visa kunjungan dibawah 90 hari) : Rp. 560.000,-
Single Visa (Visa kunjungan diatas 90 hari) : Rp. 840.000,-
Multiple Visa (Berlaku untuk 5 tahun) : Rp. 1,260.000,-  *multiple visa ini bisa jadi dalam 1 hari kerja*
Double Visa (2 kali masuk dan Berlaku untuk 6 bulan) : Rp. 980.000,-

Setelah berkas lengkap, saya langsung menghubungi salah satu partner saya di Jakarta yaitu Mas Solikhin (kuliah di Bimbingan Konseling UNJ waktu itu) dimana saya mengirim semua berkas saya via pos ke alamatnya untuk diantarkan ke Kedutaan Besar Republik Korea. Saya menggunakan cara ini agar memastikan berkas saya sampai dengan lengkap dan tidak cacat satupun dan pembuatan Visa Korea Selatan bisa diwakilkan (tidak perlu wawancara) dan Mas Solikhin yang mengantarkan semua berkas-berkas saya sekaligus minimalisir biaya perjalanan dan akomodasi kalau saja ke Jakarta.

Setelah berkas masuk, tanggal ekspektasi keluarnya Visa jika disetuju adalah 6 Agustus 2015 (ini baru perkiraan, tanggal keluarnya bisa lebih lama). Jantung saya seketika berhenti dan syok karena pesawat yang sudah saya booking adalah tanggal 5 Agustus. Sedikit panik, tapi mau bagaimana lagi. Akhirnya modal nekat dan yakin saja kalau visa pasti accept, saya mengubah tanggal penerbangan jadi 6 Agustus malam dengan charge atau biaya tambahan untuk merubah jadwal perjalanan dari pihak maskapai (ekspektasi Visa keluar adalah 6 Agustus sore).

Setelah menunggu lama, akhirnya tanggal 5 Agustus malam saya filght dari Yogyakarta menuju Jakarta untuk menginap di tempat Mas Solikhin (terima kasih mas atas tumpangannya sehari) dengan tujuan mengambil visa sesuai tanggal ekspektasi dan memulai perjalanan saya menuju negeri ginseng, padahal saat itu tanpa visa di tangan dan hanya bermodalkan keyakinan (saya hanya banyak berdoa). Hari itu, waktu pagi saya sempat menghubungi pihak kedutaan dan mengatakan Visa saya masih proses. Saya semakin kacau dan panik. Jika pada akhirnya visa tidak keluar hari itu atau bahkan visa tidak dikabulkan, saya ikhlas membatalkan kepergian saya ke Seoul, Korea Selatan. Ditemani oleh Mas Solikhin, kami menuju ke kedutaan setelah shalat dzuhur untuk mengecek kondisi visa saya. Setelah menyerahkan kwitansi bukti pengambilan dan lama mengantri, akhirnya nama saya dipanggil. Tapi ternyata, visa saya belum jadi, masih proses. Disuruh menunggu sampai jam empat atau datang lagi besok. Deg! Saat itu sudah sekitar jam setengah tiga sore,  kedutaan akan tutup jam empat dan penerbangan saya habis maghrib. Lengkap sudah perasaan tidak tenang saya waktu itu. Ditambah lagi, jarak dari kedutaan menuju bandara cukup jauh. Bayangkan bagaimana panik, galau dan kacaunya saya saat itu. Merengek-rengek dan memohon-mohon tidak jelas sama mbak-mbak di loket kedutaan yang mirip personil Girls Generation. Tidak peduli malu lagi, yang jelas visa saya kalau bisa keluar hari itu karena jelas di invitation letter kegiatan akan berlangsung dari tanggal 6-8 Agustus. Akhirnya saya kembali lagi duduk sampai jam empat dengan perasaan tidak menentu. Beberapa kali saya mengeluh ke Mas Solikhin dan jawabannya selalu tenang, tenan dan tenang. Sempat juga cerita sama mbak-mbak gendut disamping saya yang kerjanya melototi android dan menonton video boyband-boyband korea. Dia juga sudah tidak sabar menuju sana untuk liburan.
Alhamdulillah! Visa Korea :)
Sekitar beberapa menit sebelum kedutaan tutup, saya masih terus berdoa semoga visa accept dan keluar hari ini. Dan pada saat lagi tenang-tenangnya sambil saya memainkan hp untuk menutupi rasa gelisah waktu itu, nama saya dipanggil ke loket. Deg! Saya maju dengan perasaan kemana-kemana dan mbak-mbak itu langsung memberikan passport saya yang didalamnya sudah tertempel dengan kokoh visa korea saya. Alhamdulillah, syukur yang tidak terkira sampai-sampai saya sujud dna jongkok depan loket, sedikit lemas dan menangis terharu waktu itu.

Alhamdulillah! Incheon International Airport :)
Setelah insiden drama mengharukan itu, saya langsung pergi meninggalkan kedutaan menuju bandara. Tak tanggung-tanggung karena mengejar waktu, saya langsung take Taxi dipinggir jalan waktu itu. "Pelajarannya, sampai detik-detik akhir-pun, kita harus selalu optimis dalam segala keadaan. Allah maha pemberi dan penentu jalan yang terbaik. Segalanya masih bisa berubah. Intinya, optimis dan selalu berserah diri".

"Bagi mahasiswa yang mau overseas, masih ragu untuk urus visa secara mandiri? Ayo mandiri dan rasakan sensasinya!"

Finally, welcome to Seoul!

SURVIVAL IN BANGKOK-THAILAND : KARENA HALAL BUTUH PERJUANGAN

Pertengahan Mei 2016, saya dan tim Vella Liani, Nana Indri Kurniastuti, Nur Khotimah dan Intan Lisnawati mendapatkan kesempatan untuk berkunjung ke Negeri Gajah Putih, Thailand. Kegiatan yang tepatnya pada tanggal 18–20 Mei 2016 (namun kami di Bangkok dari 17-23 Mei 2016), penelitian kami tentang Analisa Kestabilan Model Matematika Penyebaran Parasit Toxoplasma gondii dari Kucing ke Ibu Hamil lolos dan mendapatkan kesempatan melakukan oral presentation dalam acara 9th Asian Conference on Fixed Point Theory and Optimization (9th ACFPTO) oleh Departemen Matematika di King Mongkut’s University­ of Technology Thonburi (KMUTT). Ini merupakan negara keenam yang telah berhasil saya injak setelah Malaysia, Korea Selatan, Singapura, Mesir dan Oman selama masa perkuliahan ini. Mengunjungi negara muslim minoritas tentu harus menyiapkan diri sematang mungkin dengan konsekuensi tentang aspek halal. It’s mean, “makanan”. Apalagi Thailand yang mayoritasnya beragama Budha. Babi (Pork) dengan aneka jenis olahan nyaris kami jumpai di setiap jalannya.
Kami datang sekitar siang hari jam 14.00 Waktu Thailand di Don Muaeng International Airport. Kemudian kami beristirahat sejenak. Untungnya Don Muaeng menyediakan musholla yang bersih, dan nyaman. Walaupun hanya terdapat satu musholla di bandara, di lantai dua dan di pojok, namun ruangannya cukup besar dan bersih. Tentu saja berbeda dengan di Malaysia, ketika saya berkesempatan mengunjunginya beberapa kali. Di sana surau (istilah orang malaysia menyebut musholla) begitu besar, dan terdapat banyak di Kuala Lumpur International Airport. Akhirnya sampailah kami di daerah Khao San Road, tempat penginapan kami. Penginapan kami berjarak cukup jauh dengan KMUTT dimana perjalanan menuju venue tersebut kami tempuh dengan menaiki taxi sampai daerah Victoria Monument dan berlanjut menaiki Bus 104 sampai bawah jembatan di daerah Bangpangkok lalu menaiki VAN (semacam kendaraan angkot kecil) nomor 99 sampai depan KMUTT. Kurang lebih perjalanan menuju KMUTT sekitar 1,5 - 2 jam dari tempat penginapan kami (Bisa dibayangkan!) dan butuh perjuangan memang sampai tanya-tanya ke orang sekitar juga. Kami juga sempat menaiki tuk-tuk. Malam itu, kami berkeluyuran di daerah Khaosan Road (Bangkok Night). Nah, Khao San Road ini termasuk daerah dimana kehidupan malam Bangkok bisa kita jumpai (you know what I mean). Dan malam pertama itu, saya cukup kesulitan tidur karena banyak bar dan diskotik dengan gegap gempitanya sampai jam 2 malam. 
 
Pagi itu selepas subuh, saya berangkat ke 7-Eleven. Sulitnya, pagi di Bnagkok tidak ada makanan halal disekitaran Khao San Road. Hanya di 7-Eleven, dan itu pun harus selektif. Hal itu membuat saya cukup lama mencari makanan di seven eleven yang ada label halal. Sampai-sampai penjaga kasir menghampiri saya, dan mengomel-ngomel dengan menggunakan bahasa Thailand. Mungkin curiga melihat saya berkali-kali melihat makanan, kemudian mencari logo halal, lalu jika tidak ada dikembalikan. Dipikir maling mungkin, hehe. Dari kesemua makanan di 7-Eleven, untuk kategori makanan nasi yang siap saji, sudah dipastikan tidak ada yang halal kecuali "nasi" dalam kemasan tanpa apa-apa, itu bisa dipanaskan di 7-eleven. Untuk roti itu pun saya hanya menemukan dua macam dan itu roti tawar dan hobi kami adalah membakarnya di seven eleven. Akhirnya saya membeli roti tersebut lalu memakannya. Dan hari-hari selanjutnya, 7-eleven seakan menjadi penyelamat. Selama pelaksanaan konferensi, kami tidak kesulitan makanan halal, dikarenakan panitia memang menyediakan makanan halal. Namun pengalaman, partner saya, Nana Indri Kurniastuti harus mengenyam pahitnya kehidupan setelah memakan roti yang ternyata didalamnya ada kandungan babi. Hal itu kami ketahui setelah saya bertanya-tanya pada panitia. Selesai melakukan konferensi selama 3 hari, agenda selanjutnya adalah jalan-jalan. Salah satu tempat yang kami kunjungi adalah Asiatique. Sebuah tempat makan di pinggir sungai. Katanya sih cukup romantis daerah ini. Dengan kondisi benar-benar kelaparan, kami malah memutuskan untuk foto-foto dulu. Ya, background pelabuhan cukup indah di malam hari. Selain Asiatique, ada banyak sekali tempat wisata yang kami kunjungi diantaranya Grand Palacae, Wat Po, Wat Arum, Vimanmek Palace, Dusit Zoo, Hello Kitty House, Catuchak Market Place, Lumpini Park, Platinum Mall dan lain sebagainya.
Di Thailand, saya benar-benar banyak belajar. Ketika macet yang cukup panjang, nyaris tak terdengar suara klakson. Mungkin mereka benar-benar sabar. Toleransi beragama mereka pun baik, dan mereka paham ketika melihat salah seorang di antara kami ada yang berjilbab, terutama mengenai makanan. Di Thailand, saya banyak belajar bagaimana muslim yang hanya sekitar 6% bertahan. Ketika mendengarkan khutbah sholat Jumat, nyaris di antara mereka tidak ada satu pun yang mengantuk (saya justru bingung dengan apa yang disampaikan dalam khutbah waktu itu karena bahasa). Pun demikian di sana aku belajar, bagaimana mempertahankan idealisme dalam beragama. Sebab jangankan makanan, minuman pun aku juga harus berhati-hati karena jangan-jangan ada kandungan alkoholnya. Di Thailand pula aku belajar. Masih banyak hamparan bumi yang belum tersinggahi. Teringat akan firman Allah dalam QS Al-Jum’ah ayat 10: “Apabila shalat telah dilaksanakan maka bertebaranlah kalian di muka bumi dan carilah karunia Allah dan (seraya) ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kalian menjadi orang-orang beruntung.” Demikianlah Allah memerintahkan hamba-hambaNya untuk bertebaran. Mencari rezekiNya. Mencari kemuliaanNya. Rhenald Kasali pernah berkata bahwa kita akan merasakan hal yang berbeda ketika kita mencoba survival di negara lain. Dan lagi-lagi untuk kesekian kalinya, di luar negeri saya selalu mendapat pelajaran. 
 
Salam,
 
Rifaldy Fajar

Serunya Destinasi dengan OMAN AIR hingga Ditahan Pihak Imigrasi Mesir (Suatu Malam di Kairo, Mesir) -- (PART 1)


Hari itu, tepat pada tanggal 5 Maret 2016 saya bertolak menuju negeri para rasul, Mesir bersama dengan rekan satu tim, Rini Winarti dari Program Studi Pendidikan Biologi. Penerbangan kami berangkat menuju Kuala Lumpur, Malaysia tepatnya di Kuala Lumpur International Airport (KLIA2) sebagai pemberhentian pertama. Alhamdulillah, kami tiba dengan selamat di KLIA2 setelah melalui penerbangan kurang lebih dua jam dan langsung mencari surau (tempat shalat), wifi gratis, makan serta tempat beristirahat sambil menunggu penerbangan berikutnya. Setelah sekian jam menanti dan mengisi aktivitas dengan diskusi dan membahas banyak hal, akhirnya kami harus pindah bandara menuju Kuala Lumpur Internasional Airport yang utama dan menunggu disana. KLIA2 dan bandara utama hanya bersebelahan sehingga kami menggunakan kereta cepat menuju bandara satunya. Ternyata, bandara utama ini lebih besar dan melayani penerbangan untuk pesawat-pesawat yang high seperti SkyTeam (Garuda Indonesia, Air France, KLM Airlines) dan sebagainya. Sementara KLIA2 melayani yang low fare seperti AirAsia, Tiger Air, Malindo Air dan lain sebagainya.  
Kuala Lumpur International Airport (KLIA)

Setelah check in dan memasuki ruang tunggu, akhirnya penerbangan kami akan segera berangkat pada pukul 09.50 AM waktu Malaysia. Destinasi berikutnya adalah Seeb International Airport atau Muscat International Airport di Muscat, Oman. Alhamdulillah, mimpi terwujud juga untuk menggunakan salah satu maskapai terbaik dunia, yaitu Oman Air. Pelayanan yang diberikan juga bagus. Intinya, terbang sekitar 9 jam dari Kuala Lumpur, Malaysia menuju Muscat, Oman tidak terasa lama karena fasilitas dan pelayanan yang diberikan. Menginjakkan kaki pertama kali di Oman dengan selamat, menjadi salah satu bentuk kesyukuran yang luar biasa. Meskipun transit sekitar 5 jam, kami cukup puas meski berada disekitar bandara saja. Belum lagi keisengan kami kepada petugas disana yang minta password free wifi berkali-kali karena untuk satu password hanya berlaku untuk mengakses free wifi selama satu jam. Saya pribadi cukup menyukai bandara di Oman, karena pelayanannya juga bagus. Ruang tunggu dengan kursi yang langsung menghadap keluar menyaksikan para burung besi berlabelkan Oman Air baik yang baru tiba, maupun akan terbang dapat kita saksikan sebagai salah satu view yang menarik.
Muscat International Airport, Oman
Setelah lama menikmati suasana Muscat International Airport, akhirnya kami harus check in dan segera berangkat menuju Cairo International Airport, di Kairo, Mesir dengan menggunakan pesawat Oman Air dengan nomor penerbangan yang berbeda. Destinasi perjalanan dari Muscat, Oman menuju Kairo, Mesir kami tempuh selama kurang lebih 6 jam. Dalam penerbangan kali ini, yang berbeda adalah pesawatnya sedikit lebih kecil dan ternyata, hanya saya dan Rini berdua yang berkebangsaan Indonesia. Berbeda dengan penerbangan waktu dari Kuala Lumpur menuju Muscat, Oman karena masih ada etnis Malaysia yang kurang lebih sama dengan orang Indonesia. Tapi penerbangan dari Oman menuju Mesir ini didominasi oleh orang-orang beretnis Arab dan berbadan besar-besar. 


Cairo International Airport (Alhamdulillah)
Finally, sekitar dini hari waktu Kairo akhirnya kami menginjakkan kaki juga di negeri para rasul setelah melalui perjalanan yang begitu panjang.  Anggapan pertama terhadap orang-orang Mesir yang katanya keras kepala mungkin benar. Bayangkan saja, hal pertama kali yang harus kami lalui adalah imigrasi dan tepat disamping kami, deretan orang-orang Mesir sedang mengantri bahkan sampai ada yang berkelahi dan antriannya sangat tidak rapi. Kami sedikit ketakutan karena mereka cekcok dan saling meneriaki. Tibalah saat saya dipanggil dalam antrian untuk pemeriksaan imigrasi, pemeriksaan saya cukup lama dan tiba-tiba saya disuruh mundur ke samping antrian. Begitupun dengan Rini. Kami sedikit kebingungan dan di-PHP hampir sejam lamanya. Akhirnya kami berdiri dan hanya melihat sekitaran karena sudah terlalu capek dan saat itu sudah tengah malam. Akhirnya setelah antrian imigrasi khusus foriegn sudah selesai, saya dipanggil pihak imigrasi ke ruangannya. Saat itu saya sedikit ketakutan kalau saja kami dideportasi kembali ke Indonesia. Saya diinterogasi cukup lama, terutama untuk tujuan kami ke Mesir apalagi pihak imigrasi tau jika kami masih mahasiswa di Indonesia. Cukup alot saat itu, untung saya memegang salinan Invitation Letter, kontak panitia di Mesir, dan sejumlah uang yang kami bawa sebesar XYZ USD.

Hampir sampai pagi kami di bandara karena insiden ini dan diluar Rini hanya duduk menunggu karena memang satu orang saja yang diperiksa. Saya cukup salut dengan kebijakan pemerintah Mesir dan saya rasa ini memang baik mengingat apakah kami benar-benar bisa hidup di Mesir atau tidak dengan profesi kami saat itu (student). Tapi lucunya, saat mereka membebaskan kami, lagi-lagi si petugas tadi meminta “uang tip” dan kami mohon maaf tidak memberikannya (jadi seketika saya langsung berubah pikiran. Apakah memang untuk menginterogasi saya, atau justru tip). Dan kejadian yang sama terulang lagi waktu saya ke toilet bandara. Si petugas kebersihan memanggil-manggil “ssttt..sstt.. tip tip tip” dan saya langsung berlalu begitu saja. Akhirnya, bebas juga dari cengkaraman imigrasi dan welcome to Egypt.

Nantikan kelanjutan ceritanya :)

*Tulisan ini kami persembahkan untuk Kampus kami, UNY, Pihak Panitia Egypinvent 2016 atas Scholarships-nya, KBRI Mesir, Teman-Teman PPI Mesir dan INDONESIA.


www.ayeey.com www.resepkuekeringku.com www.desainrumahnya.com www.yayasanbabysitterku.com www.luvne.com www.cicicookies.com www.tipscantiknya.com www.mbepp.com www.kumpulanrumusnya.com www.trikcantik.net