Sunday 14 August 2016

Serunya Destinasi dengan OMAN AIR hingga Ditahan Pihak Imigrasi Mesir (Suatu Malam di Kairo, Mesir) -- (PART 1)


Hari itu, tepat pada tanggal 5 Maret 2016 saya bertolak menuju negeri para rasul, Mesir bersama dengan rekan satu tim, Rini Winarti dari Program Studi Pendidikan Biologi. Penerbangan kami berangkat menuju Kuala Lumpur, Malaysia tepatnya di Kuala Lumpur International Airport (KLIA2) sebagai pemberhentian pertama. Alhamdulillah, kami tiba dengan selamat di KLIA2 setelah melalui penerbangan kurang lebih dua jam dan langsung mencari surau (tempat shalat), wifi gratis, makan serta tempat beristirahat sambil menunggu penerbangan berikutnya. Setelah sekian jam menanti dan mengisi aktivitas dengan diskusi dan membahas banyak hal, akhirnya kami harus pindah bandara menuju Kuala Lumpur Internasional Airport yang utama dan menunggu disana. KLIA2 dan bandara utama hanya bersebelahan sehingga kami menggunakan kereta cepat menuju bandara satunya. Ternyata, bandara utama ini lebih besar dan melayani penerbangan untuk pesawat-pesawat yang high seperti SkyTeam (Garuda Indonesia, Air France, KLM Airlines) dan sebagainya. Sementara KLIA2 melayani yang low fare seperti AirAsia, Tiger Air, Malindo Air dan lain sebagainya.  
Kuala Lumpur International Airport (KLIA)

Setelah check in dan memasuki ruang tunggu, akhirnya penerbangan kami akan segera berangkat pada pukul 09.50 AM waktu Malaysia. Destinasi berikutnya adalah Seeb International Airport atau Muscat International Airport di Muscat, Oman. Alhamdulillah, mimpi terwujud juga untuk menggunakan salah satu maskapai terbaik dunia, yaitu Oman Air. Pelayanan yang diberikan juga bagus. Intinya, terbang sekitar 9 jam dari Kuala Lumpur, Malaysia menuju Muscat, Oman tidak terasa lama karena fasilitas dan pelayanan yang diberikan. Menginjakkan kaki pertama kali di Oman dengan selamat, menjadi salah satu bentuk kesyukuran yang luar biasa. Meskipun transit sekitar 5 jam, kami cukup puas meski berada disekitar bandara saja. Belum lagi keisengan kami kepada petugas disana yang minta password free wifi berkali-kali karena untuk satu password hanya berlaku untuk mengakses free wifi selama satu jam. Saya pribadi cukup menyukai bandara di Oman, karena pelayanannya juga bagus. Ruang tunggu dengan kursi yang langsung menghadap keluar menyaksikan para burung besi berlabelkan Oman Air baik yang baru tiba, maupun akan terbang dapat kita saksikan sebagai salah satu view yang menarik.
Muscat International Airport, Oman
Setelah lama menikmati suasana Muscat International Airport, akhirnya kami harus check in dan segera berangkat menuju Cairo International Airport, di Kairo, Mesir dengan menggunakan pesawat Oman Air dengan nomor penerbangan yang berbeda. Destinasi perjalanan dari Muscat, Oman menuju Kairo, Mesir kami tempuh selama kurang lebih 6 jam. Dalam penerbangan kali ini, yang berbeda adalah pesawatnya sedikit lebih kecil dan ternyata, hanya saya dan Rini berdua yang berkebangsaan Indonesia. Berbeda dengan penerbangan waktu dari Kuala Lumpur menuju Muscat, Oman karena masih ada etnis Malaysia yang kurang lebih sama dengan orang Indonesia. Tapi penerbangan dari Oman menuju Mesir ini didominasi oleh orang-orang beretnis Arab dan berbadan besar-besar. 


Cairo International Airport (Alhamdulillah)
Finally, sekitar dini hari waktu Kairo akhirnya kami menginjakkan kaki juga di negeri para rasul setelah melalui perjalanan yang begitu panjang.  Anggapan pertama terhadap orang-orang Mesir yang katanya keras kepala mungkin benar. Bayangkan saja, hal pertama kali yang harus kami lalui adalah imigrasi dan tepat disamping kami, deretan orang-orang Mesir sedang mengantri bahkan sampai ada yang berkelahi dan antriannya sangat tidak rapi. Kami sedikit ketakutan karena mereka cekcok dan saling meneriaki. Tibalah saat saya dipanggil dalam antrian untuk pemeriksaan imigrasi, pemeriksaan saya cukup lama dan tiba-tiba saya disuruh mundur ke samping antrian. Begitupun dengan Rini. Kami sedikit kebingungan dan di-PHP hampir sejam lamanya. Akhirnya kami berdiri dan hanya melihat sekitaran karena sudah terlalu capek dan saat itu sudah tengah malam. Akhirnya setelah antrian imigrasi khusus foriegn sudah selesai, saya dipanggil pihak imigrasi ke ruangannya. Saat itu saya sedikit ketakutan kalau saja kami dideportasi kembali ke Indonesia. Saya diinterogasi cukup lama, terutama untuk tujuan kami ke Mesir apalagi pihak imigrasi tau jika kami masih mahasiswa di Indonesia. Cukup alot saat itu, untung saya memegang salinan Invitation Letter, kontak panitia di Mesir, dan sejumlah uang yang kami bawa sebesar XYZ USD.

Hampir sampai pagi kami di bandara karena insiden ini dan diluar Rini hanya duduk menunggu karena memang satu orang saja yang diperiksa. Saya cukup salut dengan kebijakan pemerintah Mesir dan saya rasa ini memang baik mengingat apakah kami benar-benar bisa hidup di Mesir atau tidak dengan profesi kami saat itu (student). Tapi lucunya, saat mereka membebaskan kami, lagi-lagi si petugas tadi meminta “uang tip” dan kami mohon maaf tidak memberikannya (jadi seketika saya langsung berubah pikiran. Apakah memang untuk menginterogasi saya, atau justru tip). Dan kejadian yang sama terulang lagi waktu saya ke toilet bandara. Si petugas kebersihan memanggil-manggil “ssttt..sstt.. tip tip tip” dan saya langsung berlalu begitu saja. Akhirnya, bebas juga dari cengkaraman imigrasi dan welcome to Egypt.

Nantikan kelanjutan ceritanya :)

*Tulisan ini kami persembahkan untuk Kampus kami, UNY, Pihak Panitia Egypinvent 2016 atas Scholarships-nya, KBRI Mesir, Teman-Teman PPI Mesir dan INDONESIA.


2 comments:

Unknown said...

Hay mas untuk bagasi oman air berapa kilo ya?

Unknown said...

30 kg mbak

www.ayeey.com www.resepkuekeringku.com www.desainrumahnya.com www.yayasanbabysitterku.com www.luvne.com www.cicicookies.com www.tipscantiknya.com www.mbepp.com www.kumpulanrumusnya.com www.trikcantik.net